A. PENDAHULUAN
Suatu hal
yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa pendidikan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan psikologi. Pendidikan adalah proses ‘memanusiakan’ manusia,
dalam arti pendidikan adalah proses panjang untuk mengaktualkan seluruh potensi
diri manusia, sehingga seluruh potensi kemanusiaannya menjadi aktual. Dalam
proses mengaktualkan potensi manusia diperlukan pengetahuan tentang keberadaan
potensi dan situasi serta lingkungan yang tepat untuk mengaktualkannya.
Pengetahuan tentang diri manusia dengan segala permasalahannya dibicarakan
dalam psikologi. Demikianlah eratnya hubungan antara psikologi dengan
pendidikan.
Dalam dunia
pendidikan Islam, telah terjadi kondisi yang aneh tapi nyata. Dikatakan aneh,
karena dunia pendidikan Islam telah demikian berkembang pesat, baik secara
teoritis maupun praktis. Bahkan dapat dikatakan dunia pendidikan Islam telah
mengalami perkembangan dan kemajuan demikian pesat.
Perkembangan
yang demikian pesat itu, tidak dilandasi dengan psikologi Islam. Padahal,
landasan pengembangan pendidikan adalah psikologi. Permasalahannya, apa
landasan pengembangan pendidikan Islam selama ini, yang pasti bukan psikologi
Islam. Mungkin selama ini, pendidikan Islam “berinduk semang” dengan psikologi
Barat (sekuler), meskipun kita tidak menyadarinya. Mengapa tidak dibangun saja
“induk” pendidikan Islam yang memang benar-benar “kandung”. Sehingga dapat
dilahirkan generasi Islam yang memang betul-betul memiliki “bapak dan ibu
kandung”.
Pendidikan
Islam selama ini banyak mendasarkan teori dan konsepnya pada psikologi Barat,
meskipun mereka tidak mengetahuinya. Sebut saja, sebagai contoh, Psikoanalisa
dan Behaviorisme. Kedua aliran psikologi ini memandang diri manusia berbeda
dengan pandangan Islam. Psikoanalisa memandang manusia sebagai generasi
langsung dari binatang, sehingga manusia mewarisi sifat khas binatang, yaitu
nafsu yang mereka sebut dengan libido. Seluruh tingkah laku manusia adalah
proses dinimika hubungan libido dengan lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimanakah Menerapkan Prilaku Beragama Dalam
Psikologi Islam?
- Apa Sajakah Yang Mempengaruhi Dalam Prilaku
Beragama?
C. PEMBAHASAN
Perilaku Beragama Dalam
Psikologi Islam
Gagasan
integrasi antara ilmu pengetahuan dan agama pada perkembanganya (yang terjadi)
saat ini hanya melahirkan justifikasi-justifikasi terhadap hasil-hasil ilmu
pengetahuan yang sudah ada. Misalnya dalam psikologi, konsepsi motifasi yang
dimunculkan dengan bersuber pada al-Qur’an, walaupun tidak persis sama dengan
yang ada dalam konsepsi motivasi dalam psikologi modern. Tapi gagasan tentang
teori motivasi yang dimunculkan tidak bisa dilepaskan dari alur pemikiran
psikologi barat. Teori motivasi yang ditampilkan tidak lebih justifikasi
parsial, karena dalam gagasan tersebut tidak mampu menciptakan gagasan yang
benar-benara baru.
Aktivitas
adalah kelangsungan, kelanjutan, kesinambungan dalam menjalankan suatu
aktivitas (kegiatan) selalu terus menerus tidak pernah di lupakan atau di
tinggalkan. Sedang yang dimaksud disini adalah melakukan kegiatan membaca buku
pelajaran agama islam baik ketika di sekolah maupun diluar sekolah.
Membaca
berasal dari kata “ baca “ yang mempunyai arti melihat dan melafalkan apa yang
tertulis yang membutuhkan kecermatan dan pemahaman. Salah dalam memahami suatu
kalimat maka akan mengalami kekeliruan dalam memaknai sebuah kalimat. Jadi
membaca adalah proses pembentukan makna dari teks-teks tertulis, kemampuan
untuk menguraikan huruf dan memahami maksud kata perkata dalam kalimat.
Untuk
menguatkan pengertian di atas, perlu penulis paparkan beberapa pendapat dari
berbagai tokoh pendidikan mengenai pengertian mambaca, yaitu sebagai berikut :
Menurut
Marksheffel, membaca adalah kegiatan kompleks dan disengaja, dalam hal berupa
proses berfikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi pikiran yang bekerja
secara terpadu, mengarah kepada satu tujuan, yaitu memahami makna dari paparan
tertulis secara keseluruhan)
Menurut Dr.
Sudarso, mamabaca merupakan aktivitas kompleks yang mengarahkan sejumlah besar
tindakan terpisah, mencakup penggunaan penglihatan, khayalan, pengamatan dan
ingatan, artinya yang berperan adalah mata dan pikiran.
Menurut
Muchottob, membaca dan menulis adalah suatu hal yang paling prinsip dalam
pembangunan ilmu pengetahuan. Kokohnya syariat dalam agama dan kesadaran
ahlakul karimah dipahami dan diajarkan serta diwariskan melalui membaca dan
menulis.
Dalam
keterangan yang lain, membaca adalah serangkaian kegiatan untuk memahami
sesuatu keterangan yang disegikan kepada indra penglihatan dalam bentuk lambang
huruf dan tanda lainnya. Dari keterangan ini bisa diartikan bahwa membaca
bukanlah kegiatan mata memandang serangkaian hal dalam bahan bacaan saja,
melainkan kegiatan pikiran untuk memahami suatu keterangan melalui indra
penglihatan.
Sedangkan
yang dimaksud membaca disini adalah suatu kegiatan yang kompleks artinya
melibatkan indra mata untuk melihat, indra lesan untuk mengucapkan dan pikiran
untuk memahami maksud serta tujuan suatu teks. Dari pemahaman ini tujuan
membaca diharapkan bisa tercapai dengan baik.
Hal – Hal Mempengaruhi Dalam
Prilaku Beragama
Perilaku
(behavior) adalah segala tindakan yang dilakukan oleh organisme. Perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang atau lingkungan.
Menurut Hasan Langgulung dalam bukunya beberapa pemikiran tentang pendidikan
Islam mengatakan bahwa tingkah laku adalah segala aktivitas seseorang yang
dapat diamati.
Beragama
berasal dari dasar kata agama dan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari
akar kata a yang berarti tidak, dan gama berarti kacau atau kocar – kacir.
Dengan demikian agama dapat berarti tidak kacau atau tidak kocar-kacir.
Pengertian serupa ini tampak sejalan dengan akal, karena dilihat dari segi
peranan yang dimainkannya, agama dapat memberikan pedoman hidup bagi manusia
agar memperoleh ketentraman, keterarutan, kedamaian dan jauh dari kekacauan
dalam hidupnya.
Menurut
Ahmad Tafsir, beragama adalah masalah sikap. Di dalam Islam, sikap beragama itu
intinya adalah iman. Jadi yang dimaksud beragama pada intinya adalah beriman.
Jiwa
beragama atau perilaku beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang
berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan
kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.
Dengan
demikian perilaku beragama adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang yang berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Dengan kata lain, tingkah laku atas norma-norma, nilai atau ajaran dan
doktrin-doktrin agama yang dianutnya. Dalam ajaran Islam , perilaku agama
merupakan perilaku yang didasarkan atas nilai-nilai agama Islam, baik yang
bersifat vertikal maupun yang bersifat horizontal.
Keberagamaan
atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas
beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh
kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak
dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam
hati seseorang.
Pertama,
dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan dimana orang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran
doktrin-doktrin tertentu.
Kedua,
dimensi praktik agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan
hal-hal yang dilakukan untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya.
Ketiga,
Dimensi Penghayatan. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua
agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika
dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai
pengetahuan subyektif dan langsung mengenai (kenyataan terakhir bahwa ia akan
mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural).
Keempat,
dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang
yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai
dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
Kelima,
dimensi pengamalan atau konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada identifikasi
akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari.
Dari kelima
dimensi tersebut di atas, dimensi tersebut merupakan kaitan antara iman, ilmu
dan amal. Dimesi keyakinan merupakan cakupan dari aspek iman, dimensi
pengetahuan agama merupakan cakupan dari aspek ilmu dan dimensi pengalaman
merupakan cakupan dari aspek amal. Kemudian dari aspek amal terbagi menjadi dua
yaitu amal yang langsung berhubungan dengan pencipta contohnya shalat, puasa,
haji dan sebagainya dan amal yang berhubungan dengan manusia atau mu’amalah seperi
berbuat baik terhadap tetangga, menghormati kedua orang tua dan lain-lain.
Namun di sini penulis batasi pada masalah salat, puasa, berbakti kepada kedua
orang tua dan suka menolong sesama.
D. KESIMPULAN
Dimensi
pengetahuan agama merupakan cakupan dari aspek ilmu dan dimensi pengalaman
merupakan cakupan dari aspek amal. Kemudian dari aspek amal terbagi menjadi dua
yaitu amal yang langsung berhubungan dengan pencipta contohnya shalat, puasa,
haji dan sebagainya dan amal yang berhubungan dengan manusia atau mu’amalah
seperi berbuat baik terhadap tetangga, menghormati kedua orang tua dan
lain-lain
E. PENUTUP
Dari uraian kami tentang psikologi hukum
islam dalam bagian terpenting dalam mangarahkan prilaku keberagamaan diatas
semoga dapat dijadikan pembelajaran bagi kita agar dapat menempatkan psikologi hukum
islam yang sesuai dengan pekembangan masyarakat seperti dalam uraian makalah
kami diatas. Dan kami mohon kritik dan saran dari teman-teman sekiranya dalam
makalah kami terdapat kekurangan-kekurangan yang sekiranya dapat membangun kami
supaya lebih baik dilain kesempatan.
F. REFERENSI
¯ Rendra K, Metodologi Psikologi Islam, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2000.
¯ DepDikBud, 1989, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
¯ Tom & Harriet Sobol, 2003, “ Rancang Anak Cerdas
“, Inisasi Press, Jakarta.
¯ Ibrahim Bafadal,
1992, ”Pengelolaan Perpustakaan Sekolah”, Bumi Aksara, Jakarta.
¯ Soedarso, 1991,
“ Sistem Membaca Cepat Dan Efektif”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
¯ Muchottob, PR
Jawa Tengah, “ Tentang Aktualisasi Pemahaman Al Qur’an” , Wonosobo.
0 komentar:
Posting Komentar