dari orangtualah anak-anak mula-mula
menerima pendidikan. Dan dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan
terdapat dalam kehidupan keluarga. Pendidikan yang ditekankan tidak lain adalah
pendidikan dengan konsep Islami yang menjadikan masalah penghambaan kepada
Allah SWT dan ketaatan kepada-Nya menjadi poros segala kehidupan. Perlu dicatat
juga bahwa pendidikan jasmani anak termasuk ke dalam bagian yang tidak
terpisahkan dari pendidikan jiwa, mental, dan kepribadian.
Tugas orang tua dalam mendidik anak
sejak kecil adalah mengenalkan anak akan siapa Tuhannya, siapa yang mencipta
dan mengurusi alam semesta ini, mengerti siapa nabinya, dan mengerti apa
agamanya, sehingga anak mengerti dan paham akan tugas hidup di dunia ini, yaitu
beribadah kepada Allah SWT semata dengan cara mengikuti sunnah Rasul-Nya.
Anak dalam perspektif Islam sering
diibaratkan dengan amanat, amanat dapat menjadi cobaan (fitnah ) bagi kedua
orang tua. Menurut ajaran Islam anak itu adalah amanah Tuhan kepada ibu dan
bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan dipelihara dan setiap pemeliharaan
mengandung unsur kewajiban dan tanggung jawab. Sebagaimana dinyatakan dalam Al
Quran firman Allah SWT.
Adapun hakikat dan fungsi amanah
tentang pemeliharaan anak-anak yang bersangkutan dalam hal ini ibu dan bapak,
baik itu dilihat dari sudut biologis dan sosiologi. Setiap ibu dan bapak
terbawa oleh pertalian darah dan turunan (biologis ) dipertautkan oleh satu
ikatan ( unsur) yang paling erat dengan anaknya, yang tidak terdapat
hubungan-hubungan yang lain. Hubungan itu disebut naluri ( insting ).
Dilihat dari sudut sosiologi,
ibu-bapaknya berusaha anaknya menjadi orang yang baik dalam bermasyarakat, yang
memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan mendapatkan manfaat kepada umat
manusia. Orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.
Sejak seorang anak lahir, ibunyalah
yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan
biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan
tugasnya dengan baik. Ketika anak dilahirkan, orang tua juga diharuskan
memperkenalkan kepada anaknya tentang makna keimanan. Tugas dan tanggung jawab
orang tua tidak saja terbatas pada perkembangan fisik, tetapi yang jauh lebih
penting adalah membentuk watak dan karakter anak.
Dengan demikian jelas, bahwa Islam
menyuruh manusia melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, berdasarkan
pandangan bahwa anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang ke arah
kedewasaan, memiliki kemampuan dasar yang dinamis dan responsif terhadap
pengaruh dari luar dirinya, sehingga dalam proses pendidikan tidak perlu
terjadi sikap otoriter, karena perbuatan demikian berlawanan dengan fitrah
Allah SWT, yaitu kemampuan dasar manusia yang bisa berkembang sejalan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, pendidikan Islam
menempatkan anak didik tidak saja menjadi objek pendidikan, melainkan juga
memandangnya sebagai subjek pendidikan.
Alasan kesibukan, keterbatasan waktu dan kemampuan orang tua terkadang menjadi faktor mendasar untuk memasukkan anak pada lembaga pendidikan. Ditambah kurangnya pengetahuan tentang perkembangan anak dan sumber belajar di rumah yang tidak memadai.
Alasan kesibukan, keterbatasan waktu dan kemampuan orang tua terkadang menjadi faktor mendasar untuk memasukkan anak pada lembaga pendidikan. Ditambah kurangnya pengetahuan tentang perkembangan anak dan sumber belajar di rumah yang tidak memadai.
Tujuan Pendidikan dalam Islam
1) Pendidikan akhlak dalam Islam diarahkan pada tujuan yang
tinggi yaitu melalui penerapan akhlak yang mulia
2) Meraih kerelaan Allah SWT dan berpegang teguh kepada
perintahnya.
3) Menghormati manusia karena harkat dan kepribadiaannya
4) Membina potensi dan mengembangkan berbagai sifat yang
baik dan kuat.
5) Mewujudkan keinginan yang baik dan kuat
6) Memelihara kebiasaan yang baik dan bermanfaat
7) Mengikis perilaku yang tidak baik pada manusia dan
menggantikannya dengan semangat kebaikan dan keutaman
Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Askara, 2008, hlm. 10
[2]
Prof. Dr. Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, Malang:
Aditya Media & UIN Malang Press, 2004, hlm. 7
[3]
Prof. Dr. Veithzal Rivai, Dr. Sylviana Murni, Education Management,
Analisis Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 1
PENDIDIKAN
DALAM AL-QUR’AN & HADITS
Islam adalah agama ilmu dan
cahaya, bukanlah suatu agama kebodohan dan kegelapan. Wahyu yang pertama-tama
diturunkan mengandung perintah membaca kepada Rasulullah saw. Pengulangan atas
perintah tersebut dan penyebutan kembali mengenai masalah ilmu dan pendidikan
itu, dapat kita rasakan menghubungkan soal pendidikan dengan Tuhan dalam ayat:[11]
Pendidikan berusaha
mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri, untuk itu individu
perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti
komsep, prinsip, kreaktivitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan kata
lain perlu perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Demikian juga individu juga makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan lingkungan sesamanya. Objek sosial ini akan berpengaruh
terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu
keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial.
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang
tuanya. Memberikan pengertian pentinganya pendidikan merupakan keharusan orang
tua tatkala proses pendidikan dalam keluarga. Pendidikan anak merupakan
tanggung jawab orang tua.
Pendidik dalam padangan Islam
secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi
anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektifnya.
Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi
mungkin, menurut ajaran Islam.[7] Maka inilah tugas orang tua tersebut berdasarkan firman Allah
dalam surat al-Tahriim ayat 06 tersebut di atas. Salah satu cara untuk
menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki anak adalah melalui pendidikan.
Disinilah pentingnya pendidikan bagi umat manusia.
Dalam pandangan penulis, bahwa
pada awalnya pendidikan merupakan murni tugas kedua orang tua, sehingga kedua
orang tua tidak perlu mengirim anaknya ke sekolah, akan tetapi karena
perkembangan ilmu pengetahun, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup sudah
semakin luas, dalam, dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi melaksanakan
sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sekalipun demikian, secara teoritis
seharusnya rumah tangga dan sekolah tetap menyadari sejarah pendidikan
tersebut. Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap perkembangan anak
memang sangat besar, mendasar dan mendalam.
Marimba (1989: 19) menyatakan
bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.[8] Dari pendapat Marimba tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa
pentingnya pendidikan adalah untuk menumbuhkembangan potensi jasmani dan rohani
yang dimiliki manusia demi terwujudnya manusia yang memiliki
kepribadian-kepribadian yang utama dalam istilah agamanya adalah Insan
Kamil dan menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Pentingnya pendidikan telah diungkapkan beberapa
tokoh pendidikan Islam yang mengacu kepada definisi pendidikan Islam, yaitu:
- Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia, karena (a) untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman.[5]
- Dr. Muhammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di universitas Tunisia) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuaan ajarannya (pengaruh dari luar).[6] Esensi pendidikan yang harus dilaksankan umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia kea rah akhlak mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari dunai luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Pandangan beliau ini didasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi:
Sebagaimana dalam buku Ilmu Pendidikan
karangan Drs. Abu Ahmadi, Imam Ghazali menyatakan dan anak itu sifatnya
menerima semua yang dilakukan, yang dilukiskan dan condong kepada semua yang
tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak
itu akan hidup berbahagia di dunia dan akhirat. Dan kedua orang tua serta semua
guru-gurunya dan pendidik-pendidiknya akan mendapat kebahagian pula dari
kebahagian itu. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja,
maka anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari ketinggian
anak itu ialah terletak pada yang bertanggung jawab (pendidik) dan walinya.
Joan Beck dalam bukunya Asih, Asah,
Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak Agar Cerdas , mengungkapkan, banyak proyek
riset jangka lama menunjukkan bahwa intelegensi anak akan berkembang ke tingkat
yang lebih tinggi, bila sikap di rumah terhadap anak, hangat dan demokratis
daripada dingin dan otoritas.
Mendidik anak dengan baik dan benar berati
menumbuh-kembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan
rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. Potensi
jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
papan.
Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan
pengembangannya secara wajar melalui usaha pemahaman agama, pembinaan
intelektual, perasaan, dan budi pekerti.
Perihal memilihkan lembaga pendidikan yang paling
tepat bagi anak, merupakan agenda penting bagi para orang tua. Lembaga
pendidikan tidak hanya berpengaruh pada perkembangan kognitif atau intelektual
semata, melainkan berpengaruh pula pada perkembangan kepribadian anak, di mana
ia akan bersosialisasi dengan sesama teman, guru, dan lingkungan di dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, maka orang tua
hendaklah pandai-pandai dalam mengarahkan anaknya tatkala hendak memasuki
sebuah lembaga pendidikan.
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak
mereka setelah diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah hak dan
kewajibannya untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Semua tanggung jawabnya
telah beralih kepada guru di sekolah, apakah menjadi pandai atau bodoh anak
tersebut, akan menjadi nakal atau berbudi pekerti yang baik dan luhur, maka itu
adalah urusan guru di sekolah. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar, baik secara internal maupun secara eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari
dalam anak itu sendiri, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak,
yang bisa meliputi 1) faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok; 2) Faktor
budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; 3)
Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim;
dan 4) Faktor lingkungan spritual atau keagamaan.
http://www.orangtua.org/2011/12/17/anak-dan-pendidikannya/