Judul
|
:
|
|
Penulis
Landasan/Dalil
|
:
:
|
Drs Izharman LM M.Ag
QS. Al-An'am: 76-79
|
Berbicara tentang masalah Qurban dan Haji seorang
muslim tidak bisa melupakan dua tokoh berpengaruh yaitu nabi Ibrahim As dan
anaknya nabi Ismail As, walaupun perintah qurban yang pertama kali bukanlah pada
nabi Ibrahim sebab dizaman nabi adam anaknya
habil dan abil juga ada semacam qurban, sebelum lebih jauh menitik beratkan
tentang qurban ada baiknya kembali diingatkan tentang berimannya nabi Ibrahim As.
Pada zaman nabi Ibrahim banyak masyarakat
yang menyembah berhala bahkan ayah beliau sendiri pemahat patung berhala,
bayangkan kaum muslimin, betapa sulitnya tantangan yang akan beliau hadapi
menjelang berimannya nabi Ibrahim, salah satu hikmah dari kisah nabi Ibrahim ini
cukup jadi alasan bagi kita, agar tidak mengidentikkan seorang ayah dengan
anak, walaupun pengaruh ayah dan ibu ada dalam menjadikan seorang anak beriman
atau tidak kepada Allah swt, jangan terjadi lagi ditengah masyarakat saat anak
yang salah yang ditanya siapa orang tuanya, padahal orang tua si anak tidak
pernah mengajarkan keburukan pada anaknya.
Dizaman nabi Ibrahim juga hidup seorang raja
yang terkenal dengan kekejamannya, namanya Namrud, ini juga tantangan bagi
beliau menjelang mendapat hidayah iman yang tangguh, secara singkat dikisahkan.
Pada suatu ketika Namrudz mendapat firasat yang menunjukkan, bahwa kelak akan
lahir seorang anak laki-laki yang dapat menggulingkan kekuasaannya. Saat itu
Namrudz menjadi gelisah dan cemas, akan firasatnya yang benar-benar akan
terjadi. Maka Namrudz mengeluarkan undang-undang kerajaan, bahwa tidak ada
satupun yang hidup dari bayi laki-laki dalam tahun ini, bila ada bayi laki-laki
yang lahir id tidak akan segan-segan untuk membunuhnya, ia pun memerintahkan
seluruh prajuritnya untuk menyebar kesegala penjuru daerah untuk mendata
perempuan yang sedang hamil. Tanpa ada rasa kemanusiaan semua bayi laki-laki
yang baru saja lahir langsung dibunuh.
Ketika Nabi
Ibrahim dilahirkan, ayahnya tidak kuasa untuk membunuh anaknya, nabi Ibrahim
kemudian dibuang saja oleh ayahnya ke dalam hutan dengan fikiran nabi Ibrahim
akan mati juga dimakan binatang buas. Tetapi kehendak Allah diluar kemampuan
akal manusia, nabi Ibrahim dalam penjagaan Allah sehingga tak satupun binatang
buas yang berada didalam hutan untuk mengganggu atau memakannya, bahkan nabi
Ibrahim dalam keadaan sehat, karena Allah telah memberikan bila Nabi Ibrahim
mengisap jarinya maka keluarlah madu yang manis, sehingga dengan demikian nabi
Ibrahim tidak merasa lapar dan haus. Tentu saja kejadian ini adalah aneh bagi
kita, namun bagi Allah itu mudah, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Inilah yang dinamakan IR-HASH, yaitu sesuatu keganjilan luar biasa yang
terdapat pada diri Rasul semasa kecilnya dengan izin Allah Swt. Setelah serang
beberapa lama kemudian, ayah beserta ibunya mencoba menengok anaknya di gua
tempat Nabi Ibrahim disembunyikan. Mula-mula mereka berkeyakinan anak pasti
sudah mati, setelah mereka sampai disana, mereka terkejut melihat anaknya dalam
keadaan sehat-sehat saja. Sejak itulah mereka sering menengok nabi Ibrahim
secara sembunyi- sembunyi. Selama satu tahun nabi Ibrahim tinggal didalam gua, setelah umur
nabi Ibrahim satu tahun, orang tuanya membawa nabi Ibrahim pulang kerumah,
karena masa pemberlakuan undang-undang kerajaan yang memerintahkan bahwa jika
yang lahir anak laki-laki harus dibunuh. Semakin hari nabi Ibrahim semakin
dewasa, ia pun mulai bertanya kepada orang tuanya, siapa yang menciptakan alam.
"Wahai ibu dan ayahku, siapa yang telah
menjadikan aku ini? Jawab ayahnya, ''Ayah dan Ibu yang menjadikan kamu, karena
kamu lahir disebabkan kami". Kemudian Ibrahim bertanya lagi: "Dan
siapa pula yang menjadikan Ayah dan Ibu? Jawab orang tuanya: "Ya Kakek dan
nenekmu." Demikian tanya jawab seterusnya sampai ketitik puncak, nabi Ibrahim
menyatakan: "Siapakah orang pertama yang menjadikan semua ini? Maka orang
tuanya tidak bisa menjawab, karena mereka tidak tahu kepada Tuhan. Ibrahim
kemudian bertanya kepada orang lain, namun mereka semua tidak bisa menjawab. Nabi
Ibrahim kemudian menggunakan akal dan fikirannya untuk mencari Tuhan Sang
Pecipta alam semesta ini, karena akal manusia sangat terbatas, nabi Ibrahim
gagal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang telah menciptakan alam semesta
ini.
rman Allah
Swt. "Ketika hari telah malam, Ibrahim
melihat bintang, katanya: Inilah Tuhanku...? Maka setelah dilihatnya bintang
terbenam, ia berkata: Saya tidak akan berTuhan pada yang terbenam. Kemudian
ketika melihat bulan purnama, iapun berkata lagi: Inilah Tuhanku...? Setelah
bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu, seraya
berkata: Sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya menjadi
sesat. Maka ketika
siang hari, nampak olehnya matahari yang sangat terang, ia pun berkata: Inikah
Tuhanku yang sebenarnya...? Inilah yang lebih besar. Setelah matahari terbenam,
iapun berkata: Hai kaumku! Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu.
Saya hanya bertuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali
saya tidak mau menyekutukanNya." (QS.
Al-An'am: 76-79) Itulah cara Nabi Ibrahim as. mencari Tuhan dengan menggunakan
akal fikiran untuk memperhatikan alam sekitarnya.
Akhirnya Allah memberikan hidayahnya, nabi
ibrahimpun menjadi rasul yang ketauhidannya tidak diragukan lagi, bahkan sampai
pada suatu ujian penyemblihan anaknya, dikisahkan saat Nabi
Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum
juga dikaruniai putra oleh Allah dan beliau selalu berdoa: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak
yang saleh" (Q.S 37:100) Kemudian
dari istrinya yang kedua yakni Siti Hajar yang dinikahinya ketika Nabi Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir
(setiap kedatangan pembesar diberi hadiah
seorang istri yang cantik oleh pembesar Mesir). Dari Siti Hajar lahirlah
seorang putra yang kemudian diberi nama
Ismail, ia lahir di tengah-tengah padang pasir kemudian dikenal dengan Mekkah.
Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah,
agar meninggalkan istrinya Siti Hajar dengan
seorang putranya yang baru lahir dan ia disuruh menemui istrinya yang pertamanya yakni Siti Sarah yang berada di
Yerussalem kota tempat Masjidil Aqsho. Beliau
meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci berisi air untuk Siti
Hajar dan Ismail. Pada waktu Siti Hajar kehabisan makanan dan
air, ia melihat disebelah timur ada air yang ternyata adalah fatamorgana yaitu
di Bukit Safa.
Di situ Ismail ditinggalkan dan Siti Hajar naik Kebukit Marwah serta kembali ke
Sofa sampai berulang tujuh kali, tapi tidak
juga mendapatkan air sampai ai kembali ke Bukit Marwah yang terakhir. Ia
merasa khawatir terhadap anaknya
barangkali Ismail kehausan dilihat kaki Ismail bergerak-gerak diatas tanah dan tiba-tiba keluar air dari
dalam tanah. Siti Hajar berlari kebawah sambil
berteriak kegirangan :"zami-zami?" itulah kemudian menjadi
sumur Zam-zam. Di situlah Siti Hajar dan
Nabi Ismail di padang pasir yang kering kerontang yang ditinggalkan oleh
Nabi Ibrahim dan ditempat itulah Allah
SWT. Menetapkan sebagai tempat ibadah haji.
Bersambung…!!!
Pembina : Drs. H Khudri Yusuf M.Pd, Penulis
Ridho Fernanda