Pages

Subscribe:

Jumat, 28 September 2012

PERANAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

dari orangtualah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Dan dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pendidikan yang ditekankan tidak lain adalah pendidikan dengan konsep Islami yang menjadikan masalah penghambaan kepada Allah SWT dan ketaatan kepada-Nya menjadi poros segala kehidupan. Perlu dicatat juga bahwa pendidikan jasmani anak termasuk ke dalam bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan jiwa, mental, dan kepribadian.
Tugas orang tua dalam mendidik anak sejak kecil adalah mengenalkan anak akan siapa Tuhannya, siapa yang mencipta dan mengurusi alam semesta ini, mengerti siapa nabinya, dan mengerti apa agamanya, sehingga anak mengerti dan paham akan tugas hidup di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah SWT semata dengan cara mengikuti sunnah Rasul-Nya.
Anak dalam perspektif Islam sering diibaratkan dengan amanat, amanat dapat menjadi cobaan (fitnah ) bagi kedua orang tua. Menurut ajaran Islam anak itu adalah amanah Tuhan kepada ibu dan bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan dipelihara dan setiap pemeliharaan mengandung unsur kewajiban dan tanggung jawab. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran firman Allah SWT.
Adapun hakikat dan fungsi amanah tentang pemeliharaan anak-anak yang bersangkutan dalam hal ini ibu dan bapak, baik itu dilihat dari sudut biologis dan sosiologi. Setiap ibu dan bapak terbawa oleh pertalian darah dan turunan (biologis ) dipertautkan oleh satu ikatan ( unsur) yang paling erat dengan anaknya, yang tidak terdapat hubungan-hubungan yang lain. Hubungan itu disebut naluri ( insting ).
Dilihat dari sudut sosiologi, ibu-bapaknya berusaha anaknya menjadi orang yang baik dalam bermasyarakat, yang memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan mendapatkan manfaat kepada umat manusia. Orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.
Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ketika anak dilahirkan, orang tua juga diharuskan memperkenalkan kepada anaknya tentang makna keimanan. Tugas dan tanggung jawab orang tua tidak saja terbatas pada perkembangan fisik, tetapi yang jauh lebih penting adalah membentuk watak dan karakter anak.
Dengan demikian jelas, bahwa Islam menyuruh manusia melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, berdasarkan pandangan bahwa anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan, memiliki kemampuan dasar yang dinamis dan responsif terhadap pengaruh dari luar dirinya, sehingga dalam proses pendidikan tidak perlu terjadi sikap otoriter, karena perbuatan demikian berlawanan dengan fitrah Allah SWT, yaitu kemampuan dasar manusia yang bisa berkembang sejalan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, pendidikan Islam menempatkan anak didik tidak saja menjadi objek pendidikan, melainkan juga memandangnya sebagai subjek pendidikan.
Alasan kesibukan, keterbatasan waktu dan kemampuan orang tua terkadang menjadi faktor mendasar untuk memasukkan anak pada lembaga pendidikan. Ditambah kurangnya pengetahuan tentang perkembangan anak dan sumber belajar di rumah yang tidak memadai.
         Tujuan Pendidikan dalam Islam
1) Pendidikan akhlak dalam Islam diarahkan pada tujuan yang tinggi yaitu melalui penerapan akhlak yang mulia
2) Meraih kerelaan Allah SWT dan berpegang teguh kepada perintahnya.
3) Menghormati manusia karena harkat dan kepribadiaannya
4) Membina potensi dan mengembangkan berbagai sifat yang baik dan kuat.
5) Mewujudkan keinginan yang baik dan kuat
6) Memelihara kebiasaan yang baik dan bermanfaat
7) Mengikis perilaku yang tidak baik pada manusia dan menggantikannya dengan    semangat kebaikan dan keutaman
Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 2008, hlm. 10
[2] Prof. Dr. Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, Malang: Aditya Media & UIN Malang Press, 2004, hlm. 7
[3] Prof. Dr. Veithzal Rivai, Dr. Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 1
PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN & HADITS
Islam adalah agama ilmu dan cahaya, bukanlah suatu agama kebodohan dan kegelapan. Wahyu yang pertama-tama diturunkan mengandung perintah membaca kepada Rasulullah saw. Pengulangan atas perintah tersebut dan penyebutan kembali mengenai masalah ilmu dan pendidikan itu, dapat kita rasakan menghubungkan soal pendidikan dengan Tuhan dalam ayat:[11]
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti komsep, prinsip, kreaktivitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan kata lain perlu perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Demikian juga individu juga makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sesamanya. Objek sosial ini akan berpengaruh terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial.

Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Memberikan pengertian pentinganya pendidikan merupakan keharusan orang tua tatkala proses pendidikan dalam keluarga. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua.
Pendidik dalam padangan Islam secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektifnya. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.[7] Maka inilah tugas orang tua tersebut berdasarkan firman Allah dalam surat al-Tahriim ayat 06 tersebut di atas. Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki anak adalah melalui pendidikan. Disinilah pentingnya pendidikan bagi umat manusia.
Dalam pandangan penulis, bahwa pada awalnya pendidikan merupakan murni tugas kedua orang tua, sehingga kedua orang tua tidak perlu mengirim anaknya ke sekolah, akan tetapi karena perkembangan ilmu pengetahun, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup sudah semakin luas, dalam, dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sekalipun demikian, secara teoritis seharusnya rumah tangga dan sekolah tetap menyadari sejarah pendidikan tersebut. Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap perkembangan anak memang sangat besar, mendasar dan mendalam.
Marimba (1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[8] Dari pendapat Marimba tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pentingnya pendidikan adalah untuk menumbuhkembangan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki manusia demi terwujudnya manusia yang memiliki kepribadian-kepribadian yang utama dalam istilah agamanya adalah Insan Kamil dan menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Pentingnya pendidikan telah diungkapkan beberapa tokoh pendidikan Islam yang mengacu kepada definisi pendidikan Islam, yaitu:
  1. Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia, karena (a) untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman.[5]
  2. Dr. Muhammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di universitas Tunisia) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuaan ajarannya (pengaruh dari luar).[6] Esensi pendidikan yang harus dilaksankan umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia kea rah akhlak mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari dunai luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Pandangan beliau ini didasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi:

Sebagaimana dalam buku Ilmu Pendidikan karangan Drs. Abu Ahmadi, Imam Ghazali menyatakan dan anak itu sifatnya menerima semua yang dilakukan, yang dilukiskan dan condong kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak itu akan hidup berbahagia di dunia dan akhirat. Dan kedua orang tua serta semua guru-gurunya dan pendidik-pendidiknya akan mendapat kebahagian pula dari kebahagian itu. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari ketinggian anak itu ialah terletak pada yang bertanggung jawab (pendidik) dan walinya.
Joan Beck dalam bukunya Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak Agar Cerdas , mengungkapkan, banyak proyek riset jangka lama menunjukkan bahwa intelegensi anak akan berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, bila sikap di rumah terhadap anak, hangat dan demokratis daripada dingin dan otoritas.
Mendidik anak dengan baik dan benar berati menumbuh-kembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. Potensi jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-­kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan pengembangannya secara wajar melalui usaha pemahaman agama, pembinaan intelektual, perasaan, dan budi pekerti.
Perihal memilihkan lembaga pendidikan yang paling tepat bagi anak, merupakan agenda penting bagi para orang tua. Lembaga pendidikan tidak hanya berpengaruh pada perkembangan kognitif atau intelektual semata, melainkan berpengaruh pula pada perkembangan kepribadian anak, di mana ia akan bersosialisasi dengan sesama teman, guru, dan lingkungan di dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, maka orang tua hendaklah pandai-pandai dalam mengarahkan anaknya tatkala hendak memasuki sebuah lembaga pendidikan.
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak mereka setelah diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah hak dan kewajibannya untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Semua tanggung jawabnya telah beralih kepada guru di sekolah, apakah menjadi pandai atau bodoh anak tersebut, akan menjadi nakal atau berbudi pekerti yang baik dan luhur, maka itu adalah urusan guru di sekolah. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, baik secara internal maupun secara eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak, yang bisa meliputi 1) faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok; 2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; 3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim; dan 4) Faktor lingkungan spritual atau keagamaan.
http://www.orangtua.org/2011/12/17/anak-dan-pendidikannya/

TEKA TEKI IMAM AL-GHAZALI

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :
Imam Ghazali = ” Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = ” Orang tua “
Murid 2 = ” Guru “
Murid 3 = ” Teman “
Murid 4 = ” Kaum kerabat “
Imam Ghazali = ” Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = ” Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?”
Murid 1 = ” Negeri Cina “
Murid 2 = ” Bulan “
Murid 3 = ” Matahari “
Murid 4 = ” Bintang-bintang “
Iman Ghazali = ” Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun keadaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama”.
Iman Ghazali = ” Apa yang paling besar didunia ini ?”
Murid 1 = ” Gunung “
Murid 2 = ” Matahari “
Murid 3 = ” Bumi “
Imam Ghazali = ” Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.”
IMAM GHAZALI” Apa yang paling berat didunia? “
Murid 1 = ” Baja “
Murid 2 = ” Besi “
Murid 3 = ” Gajah “
Imam Ghazali = ” Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.”
Imam Ghazali = ” Apa yang paling ringan di dunia ini ?”
Murid 1 = ” Kapas”
Murid 2 = ” Angin “
Murid 3 = ” Debu “
Murid 4 = ” Daun-daun”
Imam Ghazali = ” Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT . Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat “
Imam Ghazali = ” Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “
Murid- Murid dengan serentak menjawab = ” Pedang “
Imam Ghazali = ” Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri “

7 golongan dilindungi di bawah bayangan Rahmat


Hazrat Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: 7 golongan yang akan dilindungi Allah swt di bawah bayangan rahmatNya pada hari yang tiada bayangan selain daripada bayangan rahmatNya iaitu:
  1. Pemerintah yang adil
  2. Pemuda yang menggunakan masa muda remajanya untuk beribadat kepada Allah
  3. Lelaki yang hatinya sentiasa terpaut kepada masjid
  4. Dua orang yang berkasih sayang antara satu sama lain kerana Allah. Mereka berkumpul dan berpisah kerana Allah
  5. Lelaki yang digoda oleh wanita bangsawan dan jelita, lalu dia berkata: “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”
  6. Seorang yang memberi sedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu sedekah yang diberikan oleh tangan kanannya
  7. Lelaki yang mengingati Allah berseorangan sehingga berlinangan air matanya.
(Hadith Riwayat Imam Bukhari, Muslim dan lain-lain)

SINOPSIS PALICAK KOPI


OLEH : FIRDAUS BIN MUSA

Film ini memberikan wacana agar alat palicak kopi tetap dipertahankan dengan cara memodifikasi nya, tayangannya berupa gambaran umum alat tradisional palicak kopi terdahulu, kemudian menyebutkan komponen-komponen sehingga bisa di contoh dan dibuat sebagai alat palicak (penggiling kopi) oleh penonton , Setelah menyebutkan komponen-komponen yang ada pada palicak kopi, lalu diperlihatkan proses pemakaian dari alat palicak kopi. Warning …!!! Membaca scenario  hendaknya di iringi dengan melihat tayangan langsung.
“Kata-kata narator”
Modernisasi telah mengubah berbagai sendi kehidupan masyarakat, termasuk menggunakan peralatan alat tradisional menjadi alat modern. barangkali diantara alat tradisional tersebut ialah Palicak kopi, begitulah masyarakat batuang bajawek kanagarian pakan rabaa utara yang ada dikabupaten solok selatan menyebut alat tradisional ini, alat ini bermodalkan beberapa bahan saja yang terdiri dari satu potongan pohon kayu yang bulat, dua klahar kecil, enam kawat, dua puluh delapan paku, beberapa helai papan, dan empat potongan kayu sepanjang lebih kurang satu meter sebagai tonggak.
Bagi siapa saja yang melihat  alat tradisional ini walaupun hanya sekali, dapat dipastikan akan  berucap begitu mudahnya pembuatannya, tapi amat disayangkan masyarakat lebih memilih yang ala modern selain tidak membutuhkan banyak tenaga, kerjanyapun praktis, padahal  di sisi kekurangan alat tradisonal ini, sisi kelbeihannya juga ada, seperti kopi yang di giling dengan alat ini tidak berkeping-keping, dan tidak menggunakan bahan bakar minyak yang dapat menyedot dana setiap kali digunakan.
Kalaupun ingin diganti dengan mesin cara pemutaran sebenarnya juga bisa, kalau ada inisiatif dari masyarakat, cukup membeli mesin putar penarik roda tersebut.
Sekarang Keberadaan alat tradisional ini sudah tersingkirkan dengan adanya penggilingan kopi menggunakan bahan bakar, jadi tidak heran jika jarang alat tradisional ini kita jumpai pada era modern ini. kalaupun ada sekarang ini bisa dalam hitungan jari saja dapat kita jumpai ditengah-tengah masyarakat.
Berikut kita saksikan komponen-komponen dan proses pemakain alat tradisional palicak kopi
Dengan suara narasi, narrator menyebutkan unsur-unsur yang terdapat pada palicak kopi, menyebutkan kekurangan alat tradisional ini, serta bagaimana caranya agar ia tetap bersaing dengan penggiling kopi ala modern
Ini adalah gambaran cara pemutaran, pemakaian dari alat tradisional  yang diputar oleh anak-anak (Alex), yang terdiri dari besi.
yang berputar diantara kayu itu adalah kawat yang sengaja di lilitkan.
Sementara itu anak-anak memasukkan kopi (Edil) dan kemudian nanti setelah dimasukkan akan kita dapatkan hasil kopi bahwa kopi yang tadi dimasukkan bulat akan terbelah menjadi dua, sekali lagi kita ulangi , bagaimana proses penggilingannya, ini kita lihat anak-anak menampung biji kopi yang terbelah.
Beginilah proses penggilingan kopi setelah diambil dari batang.
Agar tidak repot biasanya kopi ini dimasukkan pakai  bak (diangkat edil dan ifan), pakai bak agar bisa menampung kopi lebih banyak, nanti tidak perlu lagi tangan satu-satu mengangkut (memasukkan dalam penggilingan), tapi cukup sekali saja masukkan dalam bak langsung diputar terus menerus, akhirnya kita akan mendapatkan kopi menjadi terbela, tangan tidak perlu repot lagi kerja bawah atas, ini hasilnya kopi yang terbelah, setelah digiling.
Alat tradisional palicak kopi atau penggiling kopi ini, hanya terdiri dari beberapa unsur saja, diantaranya kayu, besi, kemudian paku, besi dan gulungan besi, dan kayu bulat seperti pohon yang tebang utuh, kemudian dibuat seperti lingkaran.
Kita saksikan kembali bagaimana proses penggilingan // alatnya sederhana sekali, mungkin barang kali semua orang jika memiliki kopi, dan tidak memiliki mesin bisa membuat sendiri, alatnya hanya memakai klahar, kawat, kemudian kayu, papan/
Ini bak tadi / kita bongkar kembali,kita lihat satu-satu (komponen alat palicak kopi), pertama yang terlihat adalah adalah kawat, yang melingkar itu, antara kayu bulat itu yang sengaja diukir adalah kawat, dan yang saya tunjuk itu adalah besi, sepertinya besi mobil, lantai bus, kemudian ini adalah kawat, yang sengaja dililitkan tidak boleh membujur saja, tapi membengkok, cara pemakaiannya dengan menggunakan paku, sedangkan sandal itu adalah penopang agar kopi  tidak berserakan
Ini adalah gomok olesan pada klahar agar tidak macet, gomok atau oli bisa juga dipakai.
Sekarang kita lihat dari bawahnya, ini adalah tonggak dari alat tradisional yang agak tinggi, sebab kalau rendah sulit melakukan perputaran.
Ini adalah gulungan besi yang bisa diputar, agar tangan tidak sakit yang dipasang sekaligus itu kayu bulat utuh yang berguna agar tidak terlalu memakan kekuatan atau tenaga, sebab dibantu alat berat (kayu bulat seperti lingkaran)
Sekarang kita lihat dan saksikan kembali, ini adalah klahar juga, kini kita lihat dari sisi lain.
ini besi lantai mobil  biasanya. Itu tangan anak-anak yang memasukkan kopi yang akan digiling, setelah itu anak-anak yang yang lain memutar  terus diputar, sedangkan tonggak itu hanya dibutuhkan empat buah saja, namun kalau ingin lebih kuat pakai delapan, anak-anak memasukkan kopi lagi, itulah prsoses penggilingan kopi yang terdapat disolok selatan batuang bajawek pakan rabaa utara, yang saat ini sudah mulai hilang, dan berganti memakai mesin, disamping kekurangannya ada kelebihan palicak ini, seperti kopi saat dilicak  / giling dia akan belah dua tidak pecah seperti menggunakan alat mesin lain, biasanya memakai mesin yang berbahan solar banyak kopi yang pecah, kemudian ia hitamsetelah dijemur